Kamis, 17 Januari 2008

TUHAN MASIH ADAKAH ENGKAU ?

Sampai detik ini “Ketuhanan Yang Maha Esa” masih tetap menjadi sila pertama dari Pancasila yang keberadaannya masih dipegang teguh oleh bangsa ini.
Sila pertama tersebut membuktikan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang mempercayai dan menyembah Tuhan Yang Maha Esa.


Dari ujung sampai ke ujung bumi nusantara ini tersebar dan berdiri megah berbagai tempat peribadatan yang juga selalu penuh oleh umat masing-masing pada saat diselenggarakannya peribadatan. Secara kwantitatif dan kasat mata dapat disimpulkan bahwa kesadaran akan ke-Tuhan-an sangat tinggi di kehidupan bangsa Indonesia. Logikanya apabila kesadaran akan Tuhan tersebut melekat didalam kehidupan bangsa ini, maka segala tindak-tanduk bangsa ini tentunya mencerminkan sebagai bangsa yang ber-Tuhan. Itu adalah nalar yang mengemuka yang dapat dilihat kasat mata.


Tetapi apakah secara kwalitatif bangsa ini benar-benar menjadi bangsa yang ber-Tuhan, yang segala perilakunya mencerminkan sebagai orangorang yang sudah bertobat dan menjadi umat Tuhan yang sesungguhnya? Perlu dicermati kembali.
Saya tidak menyepelekan atau menutup mata bahwa pada kenyatannya memang secara kwalitas bangsa ini sebenarnya sudah menunjukan suatu budaya bangsa yang ber-Tuhan. Hanya saya mau mengajak untuk mencari dimana letak kesalahan bangsa ini sehingga kehidupan yang tidak mencerminkan Tuhan masih saja terus terjadi.

Korupsi, Kolusi dan Nepotisme yang terjadi di masa lampau dan masa kini dan mungkin masih akan terjadi di masa yang akan datang menunjukkan bahwa pemahaman tentang Tuhan bagi para pelaku KKN tersebut sangatlah kurang, bisa dikatakan Tuhan hanya menjadi kedok mereka saja. Tidak hanya KKN tetapi juga terjadi kejahatan yang meningkat kwalitasnya antara lain peramponga disertai dengan pemerkosaan dan pembunuhan, aborsi, anak membunuh orang tua dan sebaliknya, sahabat membunuh sahabat, pacar membunuh pacar, anarkisme suporetr sepak bola, anarkisme geng motor, premanisme, penipuan, bunuh diri keluarga, dan banyak kejadian-kejadian yang semestinya tidak mencerminkan sebagai masyarakat yang ber-Tuhan.
Apa yang salah dengan bangsa ini. Bangsa ini memiliki pancasila dengan sila pertamanya. Menteri Agama dan Departeman Agama juga dimiliki. Rumah ibadah tumbuh di mana-mana bak jamur di musim hujan. Pelajaran Agama menjadi pelajaran wajib di tiap jenjang pendidikan. Apalagi yang tidak dimiliki. Semua komponen ada.

Dimana letak kesalahannya. Apakah moral sebagai bangsa yang berTuhan itu hanya impian belaka yang belum jelas kapan dapat dirasakan?


Amuk masa menjadi hal yang biasa di negeri ini, tidak cuma milik para supporter sepak bola, atau geng motor tetapi juga dilakukan oleh masa yang mengatasnamakan agama. Apalagi kalau sudah menjurus ke “penodaan agama”, masa mudah sekali di sulut untuk melakukan tindakan-tindakan anarkis. Yang namanya tindakan anarkis tentu tidak melihat dulu siapa korbannya benar atau salah, tetapi dengan serampangan akan merusakkan apa saja yang ada dihadapan mereka. Masa yang sudah anarkis sulit dibendung, mereka akan menghajar apa saja yang lewat di depan mereka, bahkan fasilitas umum yang sebenarnya dibiayai dari pajak yang mereka bayarkan juga turut dirusak. Pada saat seperti itu, dimana Tuhan ditempatkan?
Mari kita tempatkan Tuhan selalu ada di hati kita yang paling dalam sehingga tidak mudah terlepas dari kehidupan kita. Dengan demikian kita tidak akan mudah terhasut oleh tidakan-tindakan bodoh. Tuhan salu ada bersama kita untuk membangun moral bangsa ini.

Tidak ada komentar: