Senin, 14 Januari 2008

Negeri Seribu Impian


"Bukan lautan hanya kolam susu", sepenggal bait dari lagu yang pernah terkenal tempoe doloe yang merupakan sebagian dari kisah keberadaan bumi nusantara yaitu Indonesia. Segala kekayaan ada dan semua tersedia di sana. Tuhan sedang bermurah hati pada saat lagu tersebut direnungkan dan diciptakan.




Kekayaan Indonesia yang terbentang dari Sabang sampai Merauke sungguh luar biasa besarnya. Cukup bahkan lebih dari cukup untuk menjadi modal bangsa Indonesia menjadi bangsa yang besar dan makmur.



Tetapi pada abad ini ternyata setiap memasuki musim hujan justru bencana yang terjadi. Tidak hanya banjir tetapi juga tanah longsor, pohon tumbang, angin puting beliung dan berbagai bencana lain yang terus merenggut korban jiwa. Ribuan orang tak berdaya mengatasi akibat dari bencana tersebut bahkan kemampuan pemerintah dengan segala peralatan dan dukungan yang dimiliki pun tidak sanggup mengatasi akibat dari bencana yang begitu luas cakupan wilayah yang terkena bencana.

Coba kita merenung sebentar, kira-kira apakah sepenggal bait lagu di atas tadi dapat tercipta pada masa kini? Agak sulit dan nampaknya juga mulai jarang orang menciptakan lagu bertema alam yang mempesona, karena nampaknya alam mulai murka tidak di musim hujan tetapi juga di musim kemarau. mari kita renungkan bersama, siapa yang mertinya bertanggung jawab pada pengelolaan alam sehingga alam tidak murka.

Sebenarnya prinsip "tabur-tuai" melekat didalam kehidupan umat manusia setiap hari. Masyarakat menabur sampah pasti menuai banjir.

Kebiasaan-kebiasaan yang sudah menjadi sikap dan gaya hidup sebagian besar masyarakat Indonesia adalah hidup menyampah. Kebiasaan tersebut sudah menjadi budaya yang mengakar sehingga sangat sulit untuk mengubahnya.
Salah satu yang bisa dilakukan adalah dengan menyiapkan generasi anak-anak usia dini melalui Pendidikan Anak Usia Dini ( Play Group / TK ) dengan menekankan nilai-nilai kebersihan dan kasih sayang terhadap alam sekitar. Generasi baru ini yang masih sangat mungkin untuk di bentuk menjadi manusia yang bisa hidup bersanding dengan alam secara harmonis. Bahkan Pendidikan wajar sembilan tahun perlu diubah bukan mulai dari SD tetapi generasi anak-anak sekarang wajib mengikuti pendidikan-pendidikan anak usia dini.

Tidak ada komentar: